Beberapa orang zaman dahulu percaya bahwa kegagapan disebabkan oleh roh-roh jahat, yang harus diusir dengan jampi-jampi. Pada Abad Pertengahan, lidah dianggap biang keladinya. ”Obatnya”? Besi panas dan cabai! Pada abad-abad belakangan, para ahli bedah memotong saraf dan otot lidah dan bahkan mengangkat amandel untuk menyembuhkan kegagapan. Tetapi, berbagai metode yang kejam itu tidak mencapai tujuannya.
Para peneliti modern memperkirakan bahwa kegagapan bisa jadi disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Salah satunya mungkin adalah reaksi seseorang terhadap stres. Yang lainnya mungkin faktor genetik, karena sekitar 60 persen orang yang gagap punya kerabat dengan problem yang sama. Lagi pula, riset dengan pemindai saraf memperlihatkan bahwa otak orang yang gagap memproses bahasa dengan cara yang berbeda. Ada yang ”boleh jadi mulai berbicara sebelum otak mendiktekan caranya kata-kata harus dieja”, kata dr. Nathan Lavid dalam bukunya, Understanding Stuttering.*
Jadi, penyebab utama kegagapan tidak selalu bersifat psikologis, seperti dugaan sebelumnya. ”Dengan kata lain, kegagapan tidak dipengaruhi oleh kepercayaan, dan orang yang gagap tidak bisa dibuat fasih dengan terapi psikoanalisis,” kata buku No MiracleCures. Namun, orang-orang yang gagap bisa mengalami problem psikologis karena kondisi mereka. Misalnya, mereka mungkin takut terhadap situasi tertentu, seperti berbicara di hadapan umum atau di telepon.
Sumber : http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102010167
Tidak ada komentar:
Posting Komentar